Selasa, 10 April 2012
99 Sampul Album Indonesia Terbaik
Demikian tulis David Howells, seorang tokoh perupa dalam buku The Album Cover (penerbit St. Martin Press 1984).
Harus kita akui bahwa ada bobot yang menyeruak dalam sampul yang digarap oleh para perancang grafis. Bobot itu tak berlebihan jika kita anggap setara dengan tren musik yang merebak di era-era tertentu. Artinya, rancangan sampul album tak berjalan sendirian tanpa terkait dengan pencapaian industri musik itu sendiri. Seni aplikasi maupun pengembangan gayanya bisa ditelisik dari kiprah perancang grafis yang berpengaruh di era-era tersebut.
Mulai dari Alex Steinweiss yang memelopori kemasan album pada akhir era '30-an. Dan pada era '40-an, Stenweiss merancang standarisasi sampul album untuk piringan hitam berukuran 30x30 cm. Di era '50-an muncul sosok seperti Reid Miles dan David Stone Martin. Di era '60-an ada Carl Schenkel dan Rick Griffin. Lalu di era '70-an ada nama-nama tersohor mulai dari Andy Warhol, Roger Dean hingga Hipgnosis. Di era '80-an ada Peter Saville. Di era '90-an ada David James, Carlos Segura dan Robert Fisher.
Dalam perjalanannya, rancangan sampul album sudah pasti memuat pergeseran - pergeseran mulai dari paradigm cultura hingga gaya desain, dari era satu ke era lainnya. Di Indonesia sendiri ketika industri musik mulai menggeliat di paruh era '50-an dengan munculnya perekam-perekam lokal seperti Irama dan Lokananta, kreativitas seni menggarap sampul album pun muncul berbarengan meski belum disadari secara serius.
Antara era '50-an hingga 60-an muncul beberapa nama yang merancang desain grafis album-album Indonesia dalam format vinyl atau piringan hitam, seperti Imam Kartolo, Pandji Kamal, Handiyanto, Sjamsuddin, Jan Mintaraga, Djoko Prass, Sugandhi dan beberapa lainnya.
Patut disayangkan tak semua sampul album menuliskan kredit untuk perancang grafis. Untuk kepentingan apresiasi dan dokumentasi, hal tersebut jelas sangat mengganggu. Kemungkinan tak tercantumnya nama perancang grafis dalam sampul album karena posisi ini tidak dianggap penting dalam sebuah produksi rekaman.
Di era '70-an, dalam deretan perancang grafis muncul nama-nama seperti Markus Sudjoko, Gauri Nasution, Tara Sutrisno, Firman Ichsan, Samsudin Hardjakusuma, A Kusuma Murad Handoyo, AD Pirous, Ayik Soegeng, Didik Christ dan Lesin. Di era '80-an muncullah Cahyono Abdi hingga Boedi Soesatyo, Di era '90-an muncuk Dik Doank, Jay Subiakto, Dimas Djayadiningrat hingga ke era 2000 ada Tepan Kobain, Tandun, Mayumi Haryoto, Dedidude, Jimi Multhazam, Hendry Foundation, David Tarigan, Wok The Rock, Ryoichie, Republik of Rock, Turi Ismanto dan masih sederet panjang lagi.
Kami di Rolling Stone Indonesia menyempatkan diri untuk mengulas sampul-sampul album yang dirilis dalam industri musik Indonesia dari era '60-an hingga sekarang. Sebanyakan 99 sampul album kami pilih tanpa membuat ranking atau urutan siapa nomor 1 dan siapa nomor 99. Kami menampilkan 99 sampul album Indonesia terbaik menurut kami, berdasarkan abjad dari nama yang masuk dalam daftar ini.
Dibantu oleh Arian Arifin (seniman, vokalis seringai), David Tarigan (seniman, kolektor musik) dan Denny Sakrie, kami berupaya menelisik sejumlah sampul album yang pernah dirilis. Hal yang tak gampang. Bisa jadi ini menjadi sesuatu yang subjektif dan menimbulkan muara perdebatan, tapi kami toh tetap merasa perlu melakukannya selain sebagai upaya dokumentasi, juga termasuk upaya edukasi untuk generasi sekarang dan tentunya sebuah apresiasi. Menurut hemat kami, sebagaimana musik, maka sampul album pun mampu menunjukkan zaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar